Sabtu, 28 April 2012

Intuition [1/2]


Seohyun – Yonghwa
PG-rated | Romance/Hurt/Comfort/Confused
IMAGINEntin © | characters belong their God and themselves.

``````
—“Love need intuition, setidaknya itulah motto Seohyun sekarang.”
.
.
***
Seohyun menatap nanar cincin couple di tangannya. Kenapa harus begini jadinya? Seohyun tahu, dia tak mempunyai wewenang untuk mengatur takdirnya. Tapi tidak bisakah takdirnya lebih bagus sedikit? Ah, Seohyun terlalu berharap ternyata. Semua sudah teratur rapi di lembar hidupnya, kenapa dia malah meragukannya?
Sekali lagi Seohyun menatap cincin itu. Dia menghela napas tertahan, lantas menaruh cincin itu ke meja nakas samping tempat tidurnya. Setelahnya Seohyun menangis dalam diam. Menyesali semuanya.
Apakah dia tidak mempunyai kesempatan lagi?
.
.
.
Seohyun membaca buku favoritnya. Self-improvement genre. Meski sosok yang ada di sampingnya hanya diam saja melihat Seohyun yang asyik dengan bukunya. Tapi sosok itu tak sedikitpun mengganggunya.
Seohyun yang lama-kelamaan risih diperhatikan seperti itu, lantas menutup bukunya. “Kenapa memperhatikanku? Ada yang aneh denganku?”
“Anio, hanya tak ingin melewatkan pemandangan bagus barang sedetikpun.”
Seohyun mendorong bahunya pelan, “Tak usah menggombal. Kau tahu, itu sangat-sangat tidak romantis!”
“Jinjja? Yah Hyun~ harusnya kau menghargai usahaku untuk membuatmu senang.”
“Aih Yong~, arraseo, arraseo. Jangan dibahas lagi!”
Sosok itu, Yonghwa, menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya yang terbilang aneh. Hahaha.
***
Dalam suatu hubungan. Tidak ada yang tidak ada pertengkaran. Entah itu karena masalah sepele atau masalah yang besar. Semua terjadi karena ego yang tertanam dalam diri masing-masing.
“Aku tidak mau tahu! Harusnya kau jangan mentolelirku! Aku sudah dewasa, aku tidak butuh pengawasan!”
“Tapi Hyun, dia itu tidak baik. Kau harus percaya denganku. Dia hanya mempermainkanmu saja Hyun. Jebal, percayalah padaku!”
“Sudahlah Yong, kau jangan bilang yang tidak-tidak tentang Jinwoon oppa. Dia tidak seburuk yang kau pikirkan!”
“Tapi Hyun~”
Seohyun menyela perkataan Yonghwa, “Sudahlah Yong. Aku pergi dulu.” Seohyun beranjak dari tempatnya. Dia pergi meninggalkan Yonghwa yang menatapnya nanar dari belakang.
“Kenapa kau berubah Hyun?” lirih Yonghwa. Dia benar-benar tidak tahu setan apa yang merasuki Seohyun, sehingga sifatnya berubah. Yonghwa merindukan Seohyun yang dulu.
Yonghwa menghela napas berat. Lantas dia melangkah berlawanan dengan arah Seohyun pergi.
***
Winter.
Salju pertama adalah hal yang sangat dinantikan Yonghwa. Karena apa? Disaat salju pertama turun ke bumi, dirinya dan Seohyun resmi menjadi sepasang kekasih. Tapi sekarang, Yonghwa jadi ragu salju pertama itu akan turun seperti apa yang ia inginkan; melihat salju pertama turun bersama Seohyun.
Pertengkaran kecil waktu itu membuat dampak sangat besar terhadap hubungan mereka. Yonghwa tidak mengerti, kenapa Seohyun yang dewasa bisa berubah menjadi Seohyun yang kekanak-kanakan—dan Yonghwa tidak suka itu. Yonghwa tahu, meski dia kekasih Seohyun tapi dia tidak bisa seenaknya saja mengatur sifat Seohyun. Tapi tidak bisakah Seohyun kembali menjadi Seohyun-nya? Seohyun yang ia cintai dan sebaliknya; Seohyun juga mencintai Yonghwa.
Yonghwa menghela napas berat. Sedang apa Seohyun? Apakah dia baik-baik saja? Ya! Itu yang ada di pikiran Yonghwa saat ini. Dia dan Seohyun lost contact. Ponsel Seohyun tidak bisa di hubungi, membuat Yonghwa khawatir dengan keadaan kekasihnya itu.
Tes!
Salju pertama? Ya! Seperti apa yang Yonghwa perkirakan. Salju pertama tak seindah tahun kemarin! Apakah kau ingat tentang salju pertama kita Hyun~?
***
Seohyun menatap nanar ke luar jendela kamarnya. Salju pertama turun? Seohyun tersenyum melihatnya. Apakah orang yang di rindukannya melihat salju pertama itu?
Seohyun memejamkan matanya. Memutar balik memori-memori yang pernah terjadi dalam hidupnya. Dia mendesah perlahan. “Apakah kau merindukanku Yong~?”
Sulit bagi Seohyun untuk memahami dirinya sendiri. Kenapa dia bisa berubah seperti ini. Kenapa waktu itu pertengkaran—sangat sepele—bisa terjadi. Seohyun menyadari bahwa dirinya tak bisa mengontrol emosinya. Jinwoon sahabatnya, sedangkan Yonghwa kekasihnya. Seohyun jelas-jelas membela Jinwoon yang notabene sahabatnya dari kecil, dan Yonghwa dia hanya kekasihnya semenjak satu tahun yang lalu.
Bimbang? Ya!
Galau? Tentu!
Tapi Seohyun benar-benar menyesal kali ini. yang Yonghwa katakan benar. Jinwoon tidak seperti apa yang dia pikirkan. Jinwoon sahabatnya dari kecil ternyata hanya memperalat dirinya saja. Dan itu membuat Seohyun makin bersalah dengan Yonghwa. Sampai-sampai di hari bersejarah dalam hubungan mereka, Seohyun tidak mengatakan apapun pada Yonghwa.
Tidak pedulikah Seohyun terhadap itu? Salah besar! Seohyun sebenarnya peduli. Tapi melihat situasi yang terjadi diantara dirinya dan Yonghwa membuat Seohyun ragu; Yonghwa tidak marah padanya. Tapi hatinya berkata, Yonghwa tidak akan setega itu padanya—Yonghwa tak akan membencinya. Tapi entah karena godaan setan, Seohyun enggan mengucapkan hal itu.
***
Yonghwa melirik jam dinding yang ada di kamarnya alih-alih menatap ponsel yang tergeletak rapi di samping dia berbaring. Tidak apa pesan atau panggilan satu pun! Padahal Yonghwa sangat menantikan ada seseorang yang mengiriminya pesan atau menelfonnya. Tapi apakah dia terlalu berharap? Melihat orang yang ditunggunya sedang terlibat konflik dengannya.
“Apa kau tak ingat dengan hari ini Hyun?” Yonghwa mendesah pelan.
“Padahal aku hanya ingin kau mengatakannya sekali saja. Aku tidak butuh apa-apa darimu, yang aku butuhkan; hanya ucapan darimu saja. Apakah itu berlebihan?”
Yonghwa melihat jam dinding lagi. Lima, empat, tiga, dua, satu…
Telak! Yonghwa benar-benar tak menyangka Seohyun melupakan hari ini—ah, tidak-tidak maksudnya kemarin. Sudah berganti hari, tapi apa? Seohyun tidak juga mengatakan apapun tentang hari jadi hubungan mereka. Sudahlah! Yonghwa benar-benar lelah menunggu. Tidak ada harapan lagikah?
***
Perasaan bukan sekedar permainan. Hati yang sudah tersakiti, tidak akan bisa sesegera mungkin kembali seperti semula. Butuh proses, dan itu memakan waktu yang tidak sedikit. Seperti hati Yonghwa saat ini. dia merasa tersakiti dengan perasaan tulusnya. Apa itu pantas? Padahal dia sangat mencintai Seohyun dengan setulus hati.
Seohyun melewati Yonghwa yang duduk sendirian di kursi taman kampus, tanpa bereaksi sedikitpun. Padahal Yonghwa sangat berharap Seohyun meminta maaf kepadanya. Yonghwa akan memaafkan Seohyun bila dia meminta maaf. Meski maaf yang tidak tulus pun, Yonghwa akan memaafkannya. Apa Yonghwa terlalu polos? Atau bodoh?
Tapi kenyataannya Seohyun mengabaikannya. Yonghwa makin yakin, kalau Seohyun sudah tak mencintainya lagi.
“Apakah begitu Hyun?” lirinya. Yonghwa menatap nanar Seohyun yang sedang berbicara berdua dengan Jinwoon.
“Baiklah kalau itu maumu!” Yonghwa berdiri, lantas menyeret kakinya pergi. Bukan kearah Seohyun. Dia terlalu sakit melihat kenyataan yang harus dia terima.
***
“Seohyun, maafkan aku?!”
“Apa oppa bilang? Maaf? Haha, semudah itukah? Tidak oppa! Aku terlanjur sakit hati dengan apa yang kau berikan oppa.”
“Tapi Hyun~
“Jangan memanggilku Hyun! Kau bukan sahabatku lagi, aku tak sudi kau memanggilku dengan nama itu!” jelas Seohyun penuh penekanan pada setiap kalimat yang ia ucapkan.
“Baiklah. Tapi aku mohon, maafkan aku…..,” bujuk Jinwoon. Dia benar-benar merasa bersalah. Dia juga tak habis pikir, dia bisa memperalat sahabatnya sendiri.
Seohyun tak mendengarkan Jinwoon. Dia pergi begitu saja dari hadapan Jinwoon. Tapi Jinwoon cepat tanggap dengan berlari menyusul Seohyun. Sebisa mungkin Jinwoon meraih tangan Seohyun. Tapi Seohyun berkali-kali menepisnya.
“Seohyunni, jebal.. mianhaeyo…”
Seohyun berhenti. Lantas dia berbalik menatap Jinwoon yang masih dengan kata-kata maafnya. Mata Seohyun berkaca-kaca. Membuat Jinwoon makin merasa bersalah.
“Apakah kau tidak puas dengan mempermainkan hatiku Jinwoon-ssi?” Jinwoon mencelos mendengar Seohyun memanggilnya dengan kata baku.
“Aku tahu, aku hanya gadis bodoh yang seharusnya tidak percaya dengan rayuan gombalmu itu! aku benar-benra bodoh! Padahal aku percaya padamu, tapi kenapa kau menjadikanku objek taruhan?! Aku benci kau! Benci!” teriak Seohyun, lantas berlari dengan air mata bercucuran meninggalkan Jinwoon yang bergeming.
***
Seohyun menyeret kakinya dengan gontai. Tampilannya pun sudah awut-awutan. Seohyun benar-benar stress kali ini.
“Yong~ maafkan aku? Apakah aku pantas mendapatkan maafmu?” lirih Seohyun.
“Hyun~”
Deg! Suara itu. Seohyun segera berbalik. Dilihatnya Yonghwa sedang tersenyum padanya, lebih tepatnya senyum terpaksa. Seohyun menatap Yonghwa heran, ada apa dengan Yonghwa? Tidak seperti biasanya! Yonghwa yang slalu ceria bila ada Seohyun di sampingnya. Tapi sekarang Seohyun sudah tidak di sampingnya lagi kan?
Yonghwa perlahan menghampiri Seohyun, masih dengan senyum terpaksanya. “Apa kabarmu Hyun?”
“B-Baik!” gugup, itulah yang dirasakan Seohyun. Atmosfir diantara mereka benar-benar aneh, tidak seperti biasanya.
“Syukurlah. Apa kau bahagia? Maafkan aku. Dan kurasa hubungan kita samapai disini saja? Apakah kau senang?” Yonghwa menyunggingkan senyuman yang terlihat sangat miris.
Deg! Seohyun kaget dengan perkataan Yonghwa.
Yonghwa tersenyum lagi melihat Seohyun yang bergeming, “Baiklah. Aku pergi. Terimakasih untuk satu tahun belakangan ini. aku benar-benar bahagia. Semoga kau bisa lebih bahagia dengan Jinwoon.” Yonghwa mengacak rambut Seohyun, lantas berbalik meninggalkannya.
Seohyun bergeming. Speechless. Dia hanya bisa menatap punggung Yonghwa yang mulai menjauhinya dengan nanar. Apakah ini benar-benar harus berakhir?
Seohyun berteriak dalam hatinya. “KAU BODOH SEOHYUN! HARUSNYA KAU MENYUSULNYA!” Seohyun pun menangis kencang, dia tak peduli dengan orang yang menatapnya aneh.
.
.
.
Seohyun menghapus air yang menganak di pelupuk matanya. Secercah memori yang kembali terekam di benaknya, membuat kembali bersedih. Sudah seminggu sejak kejadian itu terjadi—saat Yonghwa datang menghampiri Seohyun, dan memutuskan hubungan mereka. Seohyun tak habis pikir Yonghwa setega itu padanya. Tapi, apa Seohyun tidak sadar kalau Yonghwa lah yang harusnya berpikiran seperti itu!
Ya, kalau boleh; Seohyun ingin kembali ke waktu itu dan  mencegah Yonghwa meninggalkannya. Tapi Seohyun tahu kalau permainan sang waktu begitu kejam. Waktu tak akan memberikan kesempatan dengan cuma-cuma. Ada imbalannya? Pasti ada! Tapi siapa tahu, imbalan itu seperti apa. Yang Seohyun ketahui dari dulu bahwa; semua pasti ada imbalannnya!
***
Meanwhile.
Yonghwa memainkan gitar dengan asal-asalan. Pikirannya jauh melayang. Menyesal? Tidak juga. Hanya saja Yonghwa merasa ingin kembali memilikinya. Apa itu tidak lain dari ‘menyesal’?
Yonghwa masih sangat-sangat-sangat mencintai Seohyun. Melebihi cintanya pada dirinya sendiri. Tapi kalau Seohyun tidak lagi mencintainya, buat apa Yonghwa mempertahankan hubungan mereka? Akan banyak yang terluka, jika itu dipertahankan.
Cinta butuh pengorbanan; mungkin itu yang Yonghwa maksud. Dia mengorbankan perasaannya, hanya untuk kebahagiaan Seohyun. Tapi nyatanya dirinya malah menderita.
Munafik? Ya, Yonghwa mengakui bahwa dirinya tak lain dari munafik. Kalau bisa, Yonghwa ingin kembali  ke masa lalu dan memperbaiki apa yang telah terjadi. Dia benar-benar menyesal. Dia berbohong bila mengaku tidak menyesal. Tapi apa boleh buat, itu semua sudah terjadi dan Yonghwa tidak mempunyai kuasa untuk merubahnya kembali!
***
Seohyun menghempaskan pantatnya di bangku taman. Seharian mengikuti pelajaran kuliah membuat kepalanya pening. Tidak seperti biasanya memang. Tekanan akhir-akhir ini yang membuat kondisinya kurang fit.
Seohyun mengedarkan pandangannya di sekitar taman. Lantas ada objek yang menyita pandangannya. Senyum yang semula merekah di wajah Seohyun tiba-tiba sirna begitu saja. Seohyun menatapnya tidak percaya. Begitu cepatkah Yonghwa menemukan penggantinya? Ya, objek yang dimaksud Seohyun adalah Yonghwa. Dan yang membuat senyum Seohyun sirna adalah seorang wanita yang sedang bergurau-ria dengan Yonghwa. Mereka terlihat dekat. dan Seohyun tidak suka itu.
Mata Seohyun berkaca-kaca. Dengan sekali gelengan kepala, Seohyun meyakinkan dirinya untuk tidak menangis. Tidak ada gunanya menangis, toh itulah karma yang harusnya didapatkan Seohyun atas perbuatanya kepada Yonghwa. Bukankah seperti itu?


TBC 

hello hello *nanyi bareng Onew*
Btw, ini FF comeback ku teman-teman. kaya apa aja ya comeback? -,-
sebenernya FF ini mau aku jadiin oneshoot, tapi gakjadi. kepanjangan soalnya.
buat next part, maaf kalau lama. besok rabu saya masih ada ujin RSBI, dan itu yang terakhir. terus aku bakalan fokus di dunia per-FF-an. tenang aja :)
gamshae buat yang udah baca :)

0 komentar:

Posting Komentar