Seohyun –
Yonghwa
PG-rated |
Romance/Hurt/Comfort/Confused
IMAGINEntin © |
characters belong their God and themselves.
``````
—“Love need
intuition, setidaknya itulah motto Seohyun sekarang.”
.
***
Seohyun menatap
nanar cincin couple di tangannya. Kenapa harus begini jadinya? Seohyun tahu,
dia tak mempunyai wewenang untuk mengatur takdirnya. Tapi tidak bisakah
takdirnya lebih bagus sedikit? Ah, Seohyun terlalu berharap ternyata. Semua
sudah teratur rapi di lembar hidupnya, kenapa dia malah meragukannya?
Sekali lagi
Seohyun menatap cincin itu. Dia menghela napas tertahan, lantas menaruh cincin
itu ke meja nakas samping tempat tidurnya. Setelahnya Seohyun menangis dalam
diam. Menyesali semuanya.
Apakah dia tidak
mempunyai kesempatan lagi?
.
.
.
Seohyun membaca
buku favoritnya. Self-improvement genre. Meski sosok yang ada di sampingnya
hanya diam saja melihat Seohyun yang asyik dengan bukunya. Tapi sosok itu tak
sedikitpun mengganggunya.
Seohyun yang
lama-kelamaan risih diperhatikan seperti itu, lantas menutup bukunya. “Kenapa
memperhatikanku? Ada yang aneh denganku?”
“Anio, hanya tak
ingin melewatkan pemandangan bagus barang sedetikpun.”
Seohyun
mendorong bahunya pelan, “Tak usah menggombal. Kau tahu, itu sangat-sangat
tidak romantis!”
“Jinjja? Yah
Hyun~ harusnya kau menghargai usahaku untuk membuatmu senang.”
“Aih Yong~,
arraseo, arraseo. Jangan dibahas lagi!”
Sosok itu,
Yonghwa, menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya yang terbilang
aneh. Hahaha.
***
Dalam suatu
hubungan. Tidak ada yang tidak ada pertengkaran. Entah itu karena masalah
sepele atau masalah yang besar. Semua terjadi karena ego yang tertanam dalam
diri masing-masing.
“Aku tidak mau
tahu! Harusnya kau jangan mentolelirku! Aku sudah dewasa, aku tidak butuh
pengawasan!”
“Tapi Hyun, dia
itu tidak baik. Kau harus percaya denganku. Dia hanya mempermainkanmu saja Hyun.
Jebal, percayalah padaku!”
“Sudahlah Yong,
kau jangan bilang yang tidak-tidak tentang Jinwoon oppa. Dia tidak seburuk yang
kau pikirkan!”
“Tapi Hyun~”
Seohyun menyela
perkataan Yonghwa, “Sudahlah Yong. Aku pergi dulu.” Seohyun beranjak dari
tempatnya. Dia pergi meninggalkan Yonghwa yang menatapnya nanar dari belakang.
“Kenapa kau
berubah Hyun?” lirih Yonghwa. Dia benar-benar tidak tahu setan apa yang
merasuki Seohyun, sehingga sifatnya berubah. Yonghwa merindukan Seohyun yang
dulu.
Yonghwa menghela
napas berat. Lantas dia melangkah berlawanan dengan arah Seohyun pergi.
***
Winter.
Salju pertama
adalah hal yang sangat dinantikan Yonghwa. Karena apa? Disaat salju pertama
turun ke bumi, dirinya dan Seohyun resmi menjadi sepasang kekasih. Tapi
sekarang, Yonghwa jadi ragu salju pertama itu akan turun seperti apa yang ia
inginkan; melihat salju pertama turun bersama Seohyun.
Pertengkaran
kecil waktu itu membuat dampak sangat besar terhadap hubungan mereka. Yonghwa
tidak mengerti, kenapa Seohyun yang dewasa bisa berubah menjadi Seohyun yang
kekanak-kanakan—dan Yonghwa tidak suka itu. Yonghwa tahu, meski dia kekasih
Seohyun tapi dia tidak bisa seenaknya saja mengatur sifat Seohyun. Tapi tidak
bisakah Seohyun kembali menjadi Seohyun-nya? Seohyun yang ia cintai dan
sebaliknya; Seohyun juga mencintai Yonghwa.
Yonghwa menghela
napas berat. Sedang apa Seohyun? Apakah dia baik-baik saja? Ya! Itu yang ada di
pikiran Yonghwa saat ini. Dia dan Seohyun lost contact. Ponsel Seohyun tidak
bisa di hubungi, membuat Yonghwa khawatir dengan keadaan kekasihnya itu.
Tes!
Salju pertama?
Ya! Seperti apa yang Yonghwa perkirakan. Salju pertama tak seindah tahun
kemarin! Apakah kau ingat tentang salju pertama kita Hyun~?
***
Seohyun menatap
nanar ke luar jendela kamarnya. Salju pertama turun? Seohyun tersenyum
melihatnya. Apakah orang yang di rindukannya melihat salju pertama itu?
Seohyun
memejamkan matanya. Memutar balik memori-memori yang pernah terjadi dalam
hidupnya. Dia mendesah perlahan. “Apakah kau merindukanku Yong~?”
Sulit bagi
Seohyun untuk memahami dirinya sendiri. Kenapa dia bisa berubah seperti ini.
Kenapa waktu itu pertengkaran—sangat sepele—bisa terjadi. Seohyun menyadari
bahwa dirinya tak bisa mengontrol emosinya. Jinwoon sahabatnya, sedangkan
Yonghwa kekasihnya. Seohyun jelas-jelas membela Jinwoon yang notabene
sahabatnya dari kecil, dan Yonghwa dia hanya kekasihnya semenjak satu tahun
yang lalu.
Bimbang? Ya!
Galau? Tentu!
Tapi Seohyun
benar-benar menyesal kali ini. yang Yonghwa katakan benar. Jinwoon tidak
seperti apa yang dia pikirkan. Jinwoon sahabatnya dari kecil ternyata hanya memperalat
dirinya saja. Dan itu membuat Seohyun makin bersalah dengan Yonghwa.
Sampai-sampai di hari bersejarah dalam hubungan mereka, Seohyun tidak
mengatakan apapun pada Yonghwa.
Tidak pedulikah
Seohyun terhadap itu? Salah besar! Seohyun sebenarnya peduli. Tapi melihat
situasi yang terjadi diantara dirinya dan Yonghwa membuat Seohyun ragu; Yonghwa
tidak marah padanya. Tapi hatinya berkata, Yonghwa tidak akan setega itu
padanya—Yonghwa tak akan membencinya. Tapi entah karena godaan setan, Seohyun
enggan mengucapkan hal itu.
***
Yonghwa melirik
jam dinding yang ada di kamarnya alih-alih menatap ponsel yang tergeletak rapi
di samping dia berbaring. Tidak apa pesan atau panggilan satu pun! Padahal
Yonghwa sangat menantikan ada seseorang yang mengiriminya pesan atau
menelfonnya. Tapi apakah dia terlalu berharap? Melihat orang yang ditunggunya
sedang terlibat konflik dengannya.
“Apa kau tak
ingat dengan hari ini Hyun?” Yonghwa mendesah pelan.
“Padahal aku
hanya ingin kau mengatakannya sekali saja. Aku tidak butuh apa-apa darimu, yang
aku butuhkan; hanya ucapan darimu saja. Apakah itu berlebihan?”
Yonghwa melihat
jam dinding lagi. Lima, empat, tiga, dua, satu…
Telak! Yonghwa
benar-benar tak menyangka Seohyun melupakan hari ini—ah, tidak-tidak maksudnya
kemarin. Sudah berganti hari, tapi apa? Seohyun tidak juga mengatakan apapun
tentang hari jadi hubungan mereka. Sudahlah! Yonghwa benar-benar lelah
menunggu. Tidak ada harapan lagikah?
***
Perasaan bukan
sekedar permainan. Hati yang sudah tersakiti, tidak akan bisa sesegera mungkin
kembali seperti semula. Butuh proses, dan itu memakan waktu yang tidak sedikit.
Seperti hati Yonghwa saat ini. dia merasa tersakiti dengan perasaan tulusnya.
Apa itu pantas? Padahal dia sangat mencintai Seohyun dengan setulus hati.
Seohyun melewati
Yonghwa yang duduk sendirian di kursi taman kampus, tanpa bereaksi sedikitpun.
Padahal Yonghwa sangat berharap Seohyun meminta maaf kepadanya. Yonghwa akan
memaafkan Seohyun bila dia meminta maaf. Meski maaf yang tidak tulus pun,
Yonghwa akan memaafkannya. Apa Yonghwa terlalu polos? Atau bodoh?
Tapi
kenyataannya Seohyun mengabaikannya. Yonghwa makin yakin, kalau Seohyun sudah
tak mencintainya lagi.
“Apakah begitu
Hyun?” lirinya. Yonghwa menatap nanar Seohyun yang sedang berbicara berdua dengan
Jinwoon.
“Baiklah kalau
itu maumu!” Yonghwa berdiri, lantas menyeret kakinya pergi. Bukan kearah
Seohyun. Dia terlalu sakit melihat kenyataan yang harus dia terima.
***
“Seohyun,
maafkan aku?!”
“Apa oppa
bilang? Maaf? Haha, semudah itukah? Tidak oppa! Aku terlanjur sakit hati dengan
apa yang kau berikan oppa.”
“Tapi Hyun~
“Jangan
memanggilku Hyun! Kau bukan sahabatku lagi, aku tak sudi kau memanggilku dengan
nama itu!” jelas Seohyun penuh penekanan pada setiap kalimat yang ia ucapkan.
“Baiklah. Tapi aku
mohon, maafkan aku…..,” bujuk Jinwoon. Dia benar-benar merasa bersalah. Dia
juga tak habis pikir, dia bisa memperalat sahabatnya sendiri.
Seohyun tak
mendengarkan Jinwoon. Dia pergi begitu saja dari hadapan Jinwoon. Tapi Jinwoon
cepat tanggap dengan berlari menyusul Seohyun. Sebisa mungkin Jinwoon meraih
tangan Seohyun. Tapi Seohyun berkali-kali menepisnya.
“Seohyunni,
jebal.. mianhaeyo…”
Seohyun
berhenti. Lantas dia berbalik menatap Jinwoon yang masih dengan kata-kata
maafnya. Mata Seohyun berkaca-kaca. Membuat Jinwoon makin merasa bersalah.
“Apakah kau
tidak puas dengan mempermainkan hatiku Jinwoon-ssi?” Jinwoon mencelos mendengar
Seohyun memanggilnya dengan kata baku.
“Aku tahu, aku
hanya gadis bodoh yang seharusnya tidak percaya dengan rayuan gombalmu itu! aku
benar-benra bodoh! Padahal aku percaya padamu, tapi kenapa kau menjadikanku
objek taruhan?! Aku benci kau! Benci!” teriak Seohyun, lantas berlari dengan
air mata bercucuran meninggalkan Jinwoon yang bergeming.
***
Seohyun menyeret
kakinya dengan gontai. Tampilannya pun sudah awut-awutan. Seohyun benar-benar
stress kali ini.
“Yong~ maafkan
aku? Apakah aku pantas mendapatkan maafmu?” lirih Seohyun.
“Hyun~”
Deg! Suara itu.
Seohyun segera berbalik. Dilihatnya Yonghwa sedang tersenyum padanya, lebih tepatnya
senyum terpaksa. Seohyun menatap Yonghwa heran, ada apa dengan Yonghwa? Tidak
seperti biasanya! Yonghwa yang slalu ceria bila ada Seohyun di sampingnya. Tapi
sekarang Seohyun sudah tidak di sampingnya lagi kan?
Yonghwa perlahan
menghampiri Seohyun, masih dengan senyum terpaksanya. “Apa kabarmu Hyun?”
“B-Baik!” gugup,
itulah yang dirasakan Seohyun. Atmosfir diantara mereka benar-benar aneh, tidak
seperti biasanya.
“Syukurlah. Apa
kau bahagia? Maafkan aku. Dan kurasa hubungan kita samapai disini saja? Apakah
kau senang?” Yonghwa menyunggingkan senyuman yang terlihat sangat miris.
Deg! Seohyun
kaget dengan perkataan Yonghwa.
Yonghwa
tersenyum lagi melihat Seohyun yang bergeming, “Baiklah. Aku pergi. Terimakasih
untuk satu tahun belakangan ini. aku benar-benar bahagia. Semoga kau bisa lebih
bahagia dengan Jinwoon.” Yonghwa mengacak rambut Seohyun, lantas berbalik
meninggalkannya.
Seohyun
bergeming. Speechless. Dia hanya bisa menatap punggung Yonghwa yang mulai
menjauhinya dengan nanar. Apakah ini benar-benar harus berakhir?
Seohyun
berteriak dalam hatinya. “KAU BODOH SEOHYUN! HARUSNYA KAU MENYUSULNYA!” Seohyun
pun menangis kencang, dia tak peduli dengan orang yang menatapnya aneh.
.
.
.
Seohyun
menghapus air yang menganak di pelupuk matanya. Secercah memori yang kembali
terekam di benaknya, membuat kembali bersedih. Sudah seminggu sejak kejadian
itu terjadi—saat Yonghwa datang menghampiri Seohyun, dan memutuskan hubungan
mereka. Seohyun tak habis pikir Yonghwa setega itu padanya. Tapi, apa Seohyun
tidak sadar kalau Yonghwa lah yang harusnya berpikiran seperti itu!
Ya, kalau boleh;
Seohyun ingin kembali ke waktu itu dan
mencegah Yonghwa meninggalkannya. Tapi Seohyun tahu kalau permainan sang
waktu begitu kejam. Waktu tak akan memberikan kesempatan dengan cuma-cuma. Ada
imbalannya? Pasti ada! Tapi siapa tahu, imbalan itu seperti apa. Yang Seohyun
ketahui dari dulu bahwa; semua pasti ada imbalannnya!
***
Meanwhile.
Yonghwa
memainkan gitar dengan asal-asalan. Pikirannya jauh melayang. Menyesal? Tidak
juga. Hanya saja Yonghwa merasa ingin kembali memilikinya. Apa itu tidak lain
dari ‘menyesal’?
Yonghwa masih
sangat-sangat-sangat mencintai Seohyun. Melebihi cintanya pada dirinya sendiri.
Tapi kalau Seohyun tidak lagi mencintainya, buat apa Yonghwa mempertahankan
hubungan mereka? Akan banyak yang terluka, jika itu dipertahankan.
Cinta butuh
pengorbanan; mungkin itu yang Yonghwa maksud. Dia mengorbankan perasaannya,
hanya untuk kebahagiaan Seohyun. Tapi nyatanya dirinya malah menderita.
Munafik? Ya,
Yonghwa mengakui bahwa dirinya tak lain dari munafik. Kalau bisa, Yonghwa ingin
kembali ke masa lalu dan memperbaiki apa
yang telah terjadi. Dia benar-benar menyesal. Dia berbohong bila mengaku tidak
menyesal. Tapi apa boleh buat, itu semua sudah terjadi dan Yonghwa tidak
mempunyai kuasa untuk merubahnya kembali!
***
Seohyun
menghempaskan pantatnya di bangku taman. Seharian mengikuti pelajaran kuliah
membuat kepalanya pening. Tidak seperti biasanya memang. Tekanan akhir-akhir
ini yang membuat kondisinya kurang fit.
Seohyun
mengedarkan pandangannya di sekitar taman. Lantas ada objek yang menyita
pandangannya. Senyum yang semula merekah di wajah Seohyun tiba-tiba sirna
begitu saja. Seohyun menatapnya tidak percaya. Begitu cepatkah Yonghwa
menemukan penggantinya? Ya, objek yang dimaksud Seohyun adalah Yonghwa. Dan
yang membuat senyum Seohyun sirna adalah seorang wanita yang sedang
bergurau-ria dengan Yonghwa. Mereka terlihat dekat. dan Seohyun tidak suka itu.
Mata Seohyun
berkaca-kaca. Dengan sekali gelengan kepala, Seohyun meyakinkan dirinya untuk
tidak menangis. Tidak ada gunanya menangis, toh itulah karma yang harusnya
didapatkan Seohyun atas perbuatanya kepada Yonghwa. Bukankah seperti itu?
TBC
hello hello *nanyi bareng Onew*
Btw, ini FF comeback ku teman-teman. kaya apa aja ya comeback? -,-
sebenernya FF ini mau aku jadiin oneshoot, tapi gakjadi. kepanjangan soalnya.
buat next part, maaf kalau lama. besok rabu saya masih ada ujin RSBI, dan itu yang terakhir. terus aku bakalan fokus di dunia per-FF-an. tenang aja :)
gamshae buat yang udah baca :)
0 komentar:
Posting Komentar