Aku ingin jatuh cinta. Tapi akankah aku bisa jatuh cinta dalam waktu cepat? Aku tak yakin!
*
“Huh… capeknya!”
Aku melap keringat yang ada di wajahku dengan handuk kecil. Kemudian aku selonjoran dipinggir lapangan tenis.
Hari ini aku ada ekskul tenis. Huh, capek sekali. Apalagi matahari siang nampaknya tidak lelah memancarkan sinarnya yang menyengat. Dan lagi-lagi aku harus menerima kenyataan bahwa kulitku akan menghitam dan kering.
“Hey Ag, nih minum.” Zevana, sahabatku, menyodorkan satu botol air mineral ke arahku. Aku menerimanya dengan senang hati.
“Thanks!” ucapku. Zevana mengangguk. Kemudian dia duduk selonjoran disampingku.
Zevana meneguk minumannya, lalu menoleh kearahku. “Ag, gue jatuh cinta nih!”
Aku balas menatap Zevana, “Sama siapa?” tanyaku penasaran.
“Mau tau?” tanyanya.
Aku mengangguk semangat.
“Semangat amat buk?” goda Zevana sambil tertawa renyah.
Huh, kebiasaan nih Zevana, bikin penasaran aja! “Udah deh Ze, ribet amat sih!” sunggutku.
Zevana tertawa puas. “Gimana ya? Kasih tau gak ya?” Zevana pura-pura berpikir. Membuatku dongkol.
“Ck, kalau gak mau ngasih tau yaudah!” kataku kesal. Daripada ribet kayak gini, mendingan gak usah kasih tau aja deh! Aku melengos.
Zevana tertawa –lagi- puas. Menyebalkan!
“Nanti lo pasti tau kok Ag, sekelas lho sama kita!” kata Zevana sedikit memberiku clue siapa lelaki yang ditaksirnya.
Sekelas? Masa sih? Terus siapa lelaki yang bisa bikin Zevana bertekuk lutut? Sudahlah aku tak tau!
“Penasaran Ag?” tanya Zevana. Sontak aku mengangguk!
Zevana tertawa kecil. “Sabar ya Ag, ntar deh kalau waktunya udah tepat gue kasih tau!”
Aku mencibir kesal.
*
Pagi ini aku berangkat sekolah sendirian. Setiap hari aku selalu diantar oleh kakakku. Tapi karena kakakku kuliah siang dan sekarang masih molor di pulau kapuk. Terpaksa aku naik angkot.
Sebenarnya aku malas naik angkot. Tapi mau bagaimana lagi? Ayahku sudah berangkat kerja daritadi, ada meeting pagi. Dan tadi aku bangun kesiangan. Emang aku bego banget, kenapa coba gak hidupin alaram? Jadi gini kan!
Setelah naik angkot dari beberapa jurusan. Akhirnya sama juga di sekolahku. Aku menyeret kakiku memasuki gerbang depan sekolah dan menuju ke kelasku.
“Agnii….,” teriak seseorang. Aku menoleh kearah sumber suara itu.
“Kenapa?” tanyaku.
“Bareng yuk ke kelas,” ajaknya. Aku mengangguk. Kemudian aku dan Shilla –seseorang yang memanggilku- berjalan beriringan menuju kelas.
Sesampainnya di depan kelas. Aku dan Shilla berhenti diambang pintu kelas. Melihat aneh semua penghuni kelas yang berlarian kesana-sini.
“Ada apa sih Shill?” tanyaku.
Shilla mengendikan bahu. “Yaudah masuk yuk!” ajaknya.
Aku dan Shilla akhirnya memasuki kelas. meski aku dan Shilla masih bingung dengan apa yang terjadi saat ini.
“Eh ada apa sih?” tanya Shilla kepada Riko yang tengah meneteng tasnya menuju bangku paling belakang. Padahal itu bukan bangku Riko.
“Pengacakan tempat duduk. Cewek sama cowok!”
“Hah? Sekarang? Siapa yang ngacak?” tanya Shilla beruntunan.
Riko mengangguk “Yang ngacak Bu Uchie lah. Tadi si Rio bawa susunan tempat duduknya. Liat aja di mading kelas!” jelas Riko. Lalu dia kembali meneruskan langkahnya yang terhenti karena pertanyaan Shilla.
Aku dan Shilla melihat mading kelas yang masih dikerumuni massa.
Aku mencari namaku. Dann.. ketemu! Eh aku duduk sama Alvin? yaahh… gak asik!
“Shill, lo duduk sama siapa?” tanyaku ingin tau
“Sama Rio. huwaa.. senengnyaa.” Shilla melonjak kegirangan. Aku melengos.
“Lo sama siapa Ag?” tanya Shilla balik.
“Alvin. kenapa gue sama dia sih?” sunggutku.
Shilla menepuk pundakku pelan. “Yang sabar ya Ag. Duduk sama patung. Hahaha…” ejek Shilla.
Sialan! Mimpi apa sih aku tadi malem? Sial banget hari ini!
Lalu aku dan Shilla menuju bangku baru yang akan kami duduki. Dan hari-hari menyedihkan di kelas akan segera dimulai!
*
“Eh Shill lo enak banget bisa sebangku sama Rio!” kata Ify sedih. Ify sudah lama naksir Rio dan Shilla juga begitu. Rio yang manis dan baik bisa meluluhkan hati para wanita. Sebenernya aku juga ada rasa dengan Rio. Tapi rasa itu hanya mengagumi, bukan rasa cinta.
“Lo juga enak Ag bisa sama Alvin,” kata Zevana. Hah? Jangan-jangan….
“Enak apanya! Duduk sama patung lo bilang enak Ze. Lo pengen sama Alvin?”
Zevana mengangguk. “Dia keren tau gak Ag! Apalagi waktu main bola, auranya keluar banget!” jelas Zevana menggebu-gebu. Aku makin yakin kalau Zevana….
“Iya sih Ze, kalau alvin latian apalagi tanding bola auranya keluar banget! Kereenn deh.” Shilla ikut-ikutan membanggakan Alvin. bener sih kalau dia ganteng, tapi sumpah cueknya minta dikawinin sama emak-emak!
“Bener kata Zevana sama Shilla. Alvin kereenn…,” ify juga nih tergila-gila sama Alvin kenapa mereka bisa suka sama patung sih? Aku yakin kalau Alvin itu sebenernya punya susuk yang bikin dia ganteng! Nyatanya aja muka kayak tembok busuk. Eh? Hari gini masih ada susuk? Kayaknya kuno banget deh!
“Terserah apa kata lo bertiga deh!” sunggutku.
*
Aku berjalan di koridor sekolah. pikiranku melayang tentang apa yang dirasakan ketiga sahabatku belakangan ini. aku jadi ingin merasakan jatuh cinta. Tapi apakah bisa secepat yang aku inginkan?
Aku ingin sekali bisa bercerita kelebihan lelaki yang aku sukai kepada ketiga sahabatku. Tapi, aku belum juga merasa jatuh cinta kepada lelaki manapun.
Baiklah, aku akan memberi peritungan. Lelaki yang akan berbelok di tikungan itu menuju kearahku, aku akan menjadikan targetku. Oke, ide yang bagus! Baiklah mulai!
Aku menunggu lelaki yang akan berbelok ditikungan menuju kearahku. Aku berdoa dalam hati, semoga lelaki yang akan berbelok itu adalah lelaki yang baik-baik.
DEGG..
Seorang laki-laki yang memantul-mantulkan bola basketnya berbelok ditikungan itu dan berjalan kearahku. Aku terperangah, tidak mungkin!
“Lo kenapa?” tanya lelaki itu, dia memandang aneh kearahku.
“Eh, gak apa-apa kok!” aduh.. Agni sadar! Kenapa lelaki itu sih? Emang persediaan lelaki di bumi ini sudah habis sehingga dia yang berbelok di tikungan itu!
“Ohh..” katanya cuek. Lalu dia berjalan lurus sambil memantul-mantulakn bola basketnya.
Dasar patung! Tapi, tapi aku selalu konsisten dengan ucapanku. Aku tidak mungkin membatalkan peritunganku tadi. Jadi… aku terpaksa menjadikan dia sebagai targetku.
Oke catat baik-baik: Targetku sekarang adalah ALVIN JONATHAN SINDUNATA!! Menyedihkan sekali.
*
Malam yang indah. Aku duduk di balkon kamarku. Melihat bulan dan bintang saling beradu menampakkan sinarnya. Menjadikan malam yang kelam menjadi malam yang indah karena sinar keduanya. Aku suka melihat bulan dan bintang yang saling bersamaan. Kadang aku sedih bila keduanya tidak menampakkan dirinya dilangit. Dan aku juga sedih jika bulan sendirian tersenyum dilangit, sangat kesepian. Begitu juga sebaliknya.
Aku menghela nafas. Lalu beranjak dari balkon dan masuk ke kamar. Karena malam sudah mulai larut dan dinginnya malam yang sangat menyengat kulitku membuatku menggigil. Aku kedinginan.
Aku berbaring diranjang. Aku memikirkan kejadian tadi yang tidak pernah terpikir olehku. Aku harus menyukai Alvin? oh tidakk… ada apa dengan dunia! Apakah sebentar lagi akan kiamat?
“Alvin ya.. huh nasib nasib!”
Tapi…
Aku baru ingat sekarang. Tadi Zevana banyak membicarakan Alvin. jangan-jangan Zevana menyukai Alvin. dan orang yang dimaksud Zevana selesai ekskul tenis waktu itu Alvin lagi. Aduh, aku harus gimana? Alvin kan jadi targetku, kalau Zevana juga menyukai Alvin bagaimana ini?
Aduh aku bingung! Sudahlah aku mengantuk, aku mau tidur.
*
Hari ini tidak ada hambatan sama sekali. Matahari pagi menampakan sinarnya, seakan tak bosan memamerkan sinar indahnya kepada semua peradaban di bumi.
Aku berangakat sekolah diantarkan oleh kakakku, Cakka. Kakakku sedang baik kali ini. meski dia tidak ada jadwal kuliah. Dia mau mengantarkan adiknya yang manis ini. hahaha…
Sesampainnya di sekolah seperti biasa aku masuk melewati gerbang depan. Tapi yang tidak seperti biasanya. Aku melihat Alvin dan teman-temanya asik bermain basket di lapangan basket yang letaknya dekat parkiran motor. Aku mengamati Alvin. benar juga ya kalau Alvin itu keren. Auranya kelihatan sekali! Aku jadi suka, eh apa tadi suka? Oh tidaakk…
“Hey Agni!” sapa Zevana sambil tersenyum.
Aku balas tersenyum, “Pagi Ze..”
“Pagi juga..” sahutnya.
“Yaampun Alvin kereenn….,” teriak Zevana tidak terlalu keras.
Aku menatap Zevana. Wajahnya tampak berseri-seri melihat Alvin. “Ze, cowok yang lo sukai itu Alvin?” tanyaku pelan.
Zevana menatapku. Dahinya mengkerut membuat kedua alisnya saling bertaut. “Hah? Alvin?”
Aku mengangguk menegaskan.
Zevana tertawa. Aku jadi makin bingung.
“Udah deh Ag, kalau gue udah jadian gue kasih tau deh ke lo!”
“Tapi siapa orangnya Ze? Alvin?” tanyaku.
“Ada deh, ntar juga tau sendiri! Ayok ke kelas,” ajaknya. Sudahlah aku tak mau memikirkannya lagi!
Aku mengangguk.
*
Bel masuk jam pertama sudah berbunyi. Aku sudah duduk manis di bangkunku sedari tadi. Tapi penghuni disampingku ini belum juga duduk. Padahal tadi aku melihantnya dilapangan basket. Tapi dia belum juga memasuki kelas.
Panjang umur. Alvin yang dari tadi aku pikirkan datang juga. Dengan baju yang basah terkena keringat dan rambut yang acak-acakan membuat Alvin terlihat keren. Eh? Aku kenapa sih? Kok akhir-akhir ini sering memikirkan Alvin? huh, menyebalkan!
Dari ekor mataku aku melihat Alvin menatapku sebentar, lalu mengalihkan tatapannya kedepan kelas sembari duduk di bangkunya. Melihat itu aku tersenyum tipis.
“Eh ada PR gak?” tanya Alvin. sebenarnya aku tak tau Alvin berbicara dengan siapa. Tapi melihat tatapan Alvin menuju kearahku aku tau pertanyaan itu untukku.
“Lo tanya ke gue?” tanyaku hanya ingin memastikan.
Alvin menghela nafas sejenak. Lalu mengangguk.
“Emm.. gak ada sih. Tapi ntar ada ulangan kimia,” kataku.
Alvin mengangguk-ngangguk tanda mengerti lalu dia mengambil buku paket kimia di dalam tasnya. Dan membacanya. Rajin juga Alvin, batinku terkagum-kagum.
Sepertinya aku mulai jatuh cinta dengan Alvin. tapi bagaimana dengan Zevana? Apa aku harus menghianatinya? Tidak! Aku tidak seperti itu. aku harus melupakan Alvin kalau begitu. Harus! Demi Zevana.
Okelah aku teralu munafik. Tapi aku lebih mementingkan persahabatan daripada cinta. Lebih baik aku mengalah saja.
*
Istirahat. Aku hanya diam didalam kelas. aku malas keluar kelas. Entah kenapa gara-gara masalah itu aku jadi ingin menyediri. Aku tak kuat menatap Zevana. Aku takut kalau Zevana tau aku menyukai Alvin, Zevana akan membenciku.
“Agnii…” panggil seseorang. Aku kenal dengan suara ini. Aku menoleh kearah seseorang yang memanggilku.
Ketiga sahabatku menghampiriku. Ya, tadi Zevana yang memanggilku. Aku menyunggingkan senyuman tipis. Aku harus bersikap biasa saja. Aku takut mereka bertiga curiga dengan sifatku yang menjadi seperti ini.
“Kenapa?” tanyaku.
Mereka bertiga duduk didekat bangkuku. Zevana duduk dibangku Alvin, sedangakan Shilla dan Ify duduk didepan bangkuku.,
“Hey Ag, kenapa lo? Tumben gak keluar?” tanya Ify.
“Gak apa-apa sih. Gue Cuma males keluar aja,” jawabku. Maaf aku berbohong.
“Oh.. eh tau gak Ag? Gue udah jadiaannn…,” kata Zevana senang. Aku mendesah pelan, aku harus mengalah.
“Ya nih Ag, si Zeva gak mau ngasih tau kalau dia naksir si rizky! Emang kurang asem nih anak, ngomongnya kalau udah jadian doang!” protes Shilla yang disetujui Ify.
Aku terperangah. Rizky? Lho, bukannya Alvin?
“Eh bentar bentar Ze, bukannya lo naksir Alvin?” tanyaku.
“Alvin?” tanya Zevana bingung kepadaku. Aku mengangguk.
Zevana tertawa. “Gila lo Ag. Kata siapa gue naksir Alvin? gue Cuma ngefans doang kok sama dia! Alvin keren sih,” jelas Zevana. Seketika itu juga aku merasa lega. Berarti aku masih ada kesempatan buat deketin Alvin!
“Emang kenapa Ag? Lo naksir Alvin yaa?” goda Ify.
Shilla dan Zevana ikut-ikutan Ify menggodaku. Tak pelak kalau rona merah menjalar dipipiku. Dan itu membuat ketiga sahabatku makin gencar menggodaku bahwa aku menyukai Alvin.
“Kalian ngomongin gue?”
OH GOD!! Matilah aku! Kenapa dia tiba-tiba dateng aja sih?
Alvin –yang mendengar percakapan kami- berdiri disampingku. Menatap aneh kami berempat. Aku salting begitu juga ketiga sahabatku yang tak menyangka Alvin yang tiba-tiba disini.
“Hehehe….” Zevana, Shilla, dan Ify nyengir garing. Aku hanya diam. Aku tak tau harus bereaksi seperti apa!
“Berarti bener?” tanya Alvin –lagi-.
“Iya Vin, kita ngomongin kalau Agni naksir elo! Upss..” Shilla membekap mulutnya sendiri. Aku menatapnya tajam. Aduuhh… mati aku!
“Hah? Elo naksir gue Ag?” tanya Alvin sambil menatapku lekat-lekat.
Aku menghembuskan nafas panjang. Aduuhh… aku harus jawab apa?!
“Jawab iya aja Ag!” bisik Zevana. Aku melototi Zevana. Enak saja dia bilang begitu!
Alvin masih menunggu. Sedangkan aku masih bungkam. Aku melirik Alvin dengan ekor mataku. Ternyata Alvin masih menatapku. Aduuh, bagaimana ini?
“Jujur aja kali Ag!” seru Alvin santai. Ck, gimana aku bisa jujur?
“Ampun deh lo Ag, yaudah deh Shill, Ze kita mendingan jangan disini! Nanti Agni jadi gak berani ngomong kan. Yaudah Agni good luck ya sayang. Alvin awas kalau lo bikin sahabta gue nangis!” kata Ify. kemudian Ify, Shilla, dan Zevana berdiri dari duduknya dan meninggalkan aku berdua dengan Alvin. aku jadi makin salting.
“Jadi…?” tanya Alvin meminta kepastian.
Aku mengulum bibir, lalu mengigit bibir bagian bawah. Aku menarik nafas dan menghemuskannya perlahan. Dengan keberanian secuil aku mengangguk, mengiyakan jawaban Alvin.
“Terus?” tanya Alvin. lagi-lagi Alvin bertanya santai seolah tidak terjadi apa-apa. Sedangkan aku? Aku sekarang spot jantung. Dan aku kehabisan kosakata untuk membalas ucapan Alvin tadi.
“Terus kenapa?” tanyaku. Bingung. Hanya itu yang aku rasakan!
“Lha terus lo mau apa sama gue?”
“Hah? Maksudnya?” aduuhh Alvin emang bener-bener gak jelas kalau ngasih pertanyaan.
“Ck, lo mau gue jadi cowok lo?”
“Aneh banget sih Vin pertanyaan lo?”
Alvin menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Dia sebenernya bingung mau berkata apa!
“Gini aja deh. Gue juga suka sama lo! So, lo mau gak jadi cewek gue?” kata Alvin to the point.
Mataku melebar. Aku tak menyangka kalau jadinya akan seperti ini. aku tersenyum lebar dan mengangguk. Lalu Alvin menarikku yang masih terduduk untuk berdiri, dan membawaku kedalam pelukannya. Hangat.
Aku membalas pelukan Alvin. Membuat Alvin makin mengeratkan pelukannya.
“Ciee… yang udah jadian!” goda ketiga sahabatku. Sontak Alvin melepaskan pelukannya. Dan ketiga sahabatku malah tertawa puas. Membuat aku dan Alvin salting.
“PJ-nya jangan lupaa….,” kata Ify.
Kami berlima pun tertawa bersama. Alvin menggegam erat tangannku. Aku menatap Alvin dan tersenyum. Alvin balas menatapku dan tersenyum. Hari ini aku bahagia sekali. Semoga aku dan Alvin bisa bersama selamanya. Semoga saja!
FIN~~~