“Eh mereka kembar kan?”
“Katanya sih iya, orang mirip gitu.”
“Ah, masa sih? Kok kayaknya gak deket ya.”
“Mana gue tau. Emang gue emaknya!”
“Kali aja! Eh udah jangan ngomongin mereka lagi. Iel lagi jalan kesini tuh, ntar dia denger!”
Mario Stevano Haling dan Mariel Stevent Haling, kembar yang sangat bertolak belakang. Banyak yang kaget mengetahui bahwa mereka kembar. Memang sih dari segi penampilan mereka bisa dibilang kembar. Tapi keduanya tidak pernah saling tegur bila bertemu. Bagaikan air dan minyak yang tak bisa saling menyatu. Entahlah, ada apa diantara mereka hingga membuat keduanya seperti itu.
Mariel atau yang biasa dipanggil Iel adalah ketua OSIS di Global High School (GHS). Iel memang mempunyai bakat sebagai pemimpin. Dia yang bijak dan bertanggung jawab sangat di segani untuk menjadi ketua OSIS di GHS. Dan Iel juga terkenal dengan sifatnya yang baik hati dan ceria, dia sangat pandai bergaul.
Sedangkan, Mario atau Rio dia adalah lelaki yang dingin dan cenderung suka menyendiri. Sifat yang sangat bertolak belakang dengan kembarannya, Iel. Tepat sejak kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya jadi seperti ini. teman-temannya dulu sangat heran kembaran yang dulunya sangat akrab sekarang malah saling berjauhan. Mungkin ada masalah yang membelenggu di antara mereka berdua. Tapi apa masalahnya? Hanya mereka berdua yang tau.
***
“Hey Rio!”
Rio menoleh kearah suara yang memanggilnya. Gadis mungil tersenyum dan melambaikan tangan kearahnya. Kemudian berlari menghampiri Rio.
“Nanti kerja kelompoknya di rumah lo bisa gak?” tanyanya.
Rio mengerutkan keningnya. Membuat kedua alisnya saling terpaut. “Kenapa di rumah gue?” tanyanya datar.
Gadis itu menghela nafas. “Dirumah gue gak bisa. Dirumah anak-anak lainnya juga gak bisa!”
“Kenapa gak ditempat lain aja?”
Gila nih anak. Pelit amat sih! “Yaampun. Kalau di tempat lain dimana hayo? Dirumah lo aja deh Yo! Anak-anak juga setuju,” kata Gadis itu. sebenarnya dia ingin sekali menghina Rio kalau dia itu PELIT. Tapi kalau dia bilang begitu, nanti Rio malah gak mau rumahnya di buat kerja kelompok.
Rio berpikir sejenak. Lalu menganggukkan kepalanya pasrah. Terlihat sekali kalau dia sangat tidak ikhlas. “Jam berapa?”
Gadis itu tersenyum senang, “jam 2 kita-kita nyampek dirumah lo. Thank’s ya Yo!”
Tanpa menjawab ucapan terimakasih gadis itu Rio langsung melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Gadis itu menggerutu melihat sikap Rio yang seperti itu. sangat menyebalkan!
***
Rio mempersilahkan teman-temannya masuk kedalam rumahnya. Hari ini seperti yang sudah direncanakan. Mereka semua mengerjakan tugas kelompok di rumah Rio. meski Rio terlihat tidak ikhlas tapi apa boleh buat, rumah yang lainnya tidak bisa dibuat untuk mengerjakan tugas kelompok.
Rio menggiring teman-temannya ke belakang rumah, tepatnya ke Gazebo rumahnya. “Kalian mau minum apa?” tanya Rio.
“Terserah deh Yo. Yang penting dingin!” kata Agni, yang lainnya mengangguk menyetujui perkataan Agni tadi.
Tanpa berkata apa-apa lagi. Rio langsung berjalan kedalam rumah. Tampangnya yang cuek dan dingin membuat teman-temannya jengkel. Sebenarnya mereka memilih dirumah Rio, karena mereka ingin melihat lebih jelas lagi rumah Rio. dan tentunya hubungan Rio-Iel yang katanya tidak akur.
10 menit kemudian. Rio datang membawa nampan berisi 5 gelas jus jeruk dingin. Lalu menaruhnya ditengah-tengah. Setelah Rio datang, kemudian pembantunya datang membawa cemilan. Dan menaruhnya disamping nampan. Setelah mengucapkan ‘Silahkan’, pembantu yang kira-kira sudah berkepala 4 itu pamit kebelakang.
“Okey, kita mulai darimana nih?” tanya Agni. Dia selaku ketua kelompok meminta kepastian dari anggota kelompoknya.
“Nyari bahan dulu aja Ag,” usul gadis bermata sipit dan berkulit putih yang duduk disamping Agni.
Agni berpikir sejenak. “Ok nyari bahan dulu.” Agni mengambil laptop dari ranselnya. Lalu membukannya, dan menghubungkan dengan modemnya.
“Gini aja ya. Yang cowok nyari bahan aja deh. Ntar ceweknya yang bikin klipingnya. Tapi cowoknya juga harus bantu. Nyari bahan mah gampang!” jelas Agni. lalu menyerahkan laptopnya ke Rio dan Alvin.
Alvin yang menerimanya, Rio cuek saja dengan perkataan Agni. anggota kelompok memang ada 5 orang. Yang 2 laki-laki dan yang 3 perempuan. Dan yang paling sialnya, kelompok itu mendapat anggota seperti Rio. Diakan seperti es, dingin, dan tidak peduli dengan sekitarnya. Mana bisa nyambung kalau diajak diskusi. Memang sih Rio selalu mendapat juara kelas, tapi kalau sikapnya kayak gitu siapa coba yang mau punya anggota kelompok seperti dia?
Agni menghela napas berat. Dia sudah pasrah dengan nasib kelompoknya itu. lalu mereka pun berkerja sesuai tugasnya masing-masing. Kecuali Rio yang asik dengan PSP-nya. Terpaksa Alvin mencari bahan dibantu oleh Zahra.
***
Disaat engkau disana. Kadang langit terasa gelapnya.
(Kahitna – untukmu)
Lelaki itu tampak termenung di balkon kamarnya. Pandangannya seolah tak lepas dari langit yang menghitam. Buka menghitam karena hari sudah mulai malam, tapi karena mendung yang menyelimuti cakrawala saat itu juga. Hatinya pun sepertinya sama dengan keadaan langit itu.
Dalam benaknya berkelebat siluet-siluet masa lalunya. Masa lalu yang telah membuatnya kehilangan sesuatu. Sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Hingga membuatnya terpuruk dan kehilangan semuanya. Tapi dia hanya lelaki lemah yang bodoh. Yang tak tau harus berbuat apalagi kecuali diam meski dirinya terombang-ambing dalam ombak yang tak pernah membuatnya berlabuh didaratan.
Kalau boleh jujur. Sebenarnya lelaki itu tidak menginginkan keadaan yang seperti ini. dulu dia memang diluar kendali. Dia sadar dia apa yang dilakukannya dulu salah. Mungkin sangat salah sekali. Dia sudah merebut sesuatu yang berharga dari orang yang sangat dekat dengannya. Hingga membuatnya….
Sudahlah toh semua sudah berlalu. Lelaki itu menjulurkan tangannya kedepan. Mencoba mewadahi titik-titik air yang keluar dari langit. Lalu tersenyum kecil. Mungkin langit juga merasakan apa yang dia rasa. Hingga langitpun mau berbagi kesedihan dengan lelaki itu. lalu dia menarik tangannya kemudian masuk kedalam kamar.
***
Gadis mungil itu tampaknya sangat senang. Kenapa tidak, bila tadi dia bertemu dan berbicara dengan orang yang dikaguminya slama ini. lelaki hitam manis yang mempunyai senyuman yang indah. Lelaki yang mudah bergaul dan baik hati sangat berbeda dengan kemabarannya yang dingin. Yap, lelaki yang dikagumi gadis mungil itu adalah Iel. Lelaki yang ramah pada siapa saja. Dan bagaikan langit dan bumi bila disandingakan dengan kembarannya itu.
“Agni!”
Reflex Agni menggeplak orang yang mengangagetinya itu. yang di geplak malah meringis kesakitan sambil memegangi kepala-nya yang malang.
“Kenapa sih lo? Iseng banget,” ucap Agni.
Orang itu tertawa lalu mengacak rambut Agni. Agni cemberut melihat rambutnya diacak-acak dengan orang ini. menyebalkan.
“Sorry Ag,” katanya lalu nyengir. “Oh ya, tumben lo seneng.”
“Biasalah.”
“Ketemu sama Iel lagi?”
Agni mengangguk semangat. “Dan yang paling nyenengin lagi. Tadi dia ngajak gue ngomong. Huwaaa.. senengnya…”
Orang itu menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini. “Lah, gitu aja seneng!”
“Auah gaasik lo! Gue mau ke kelas ah, bye.” Agni meninggalkan orang itu sendiri. Dan orang itu masih tak bergeming. Menatap punggung Agni yang mulai menjauh.
***
Ah sial! Batin Agni. dalam hati, Agni merutuki nasibnya yang sial. Bagaimana tidak sial bila dia harus duduk dengan Es berjalan ini? Agni terpaksa duduk semeja dengan Es ini kalau tidak ada pengacakan. Pengacakan paling membosankan di dunia. Dia sudah pasrah menerima nasibnya yang tidak mujur itu.
Tidak ikhlas Agni duduk dibangku barunya. Dilihatnya Rio—es berjalan—duduk sambil bersenden di tembok. memang bangku yang dihuni Rio saat ini berada di dekat tembok. dan Agni duduk di sebelah Rio.
Rio melirik Agni yang air mukannya sudah berubah menjadi ‘tidak ikhlas’. Rio tersenyum tipis. Dia tau kalau Agni sebenarnya tidak ingin duduk sebangku dengannya. Tapi dia tak terlalu memperdulikannya. Biarkan saja. Selama itu tidak membuatnya kesal, Rio tak akan mempermasalahkan itu semua.
***
“Huwa.. mimpi apa sih gue semalem bisa semeja sama monster es itu!” kata Agni uring-uringan. Rambutnya ia acak-acak sendiri sangking stress-nya mendapat tempat duduk yang tidak sesuai keinginannya.
“Sabar Ag, sabar! Orang sabar disayang Iel lho.”
“Heh? Disayang Iel kata lo? Ngaco!”
“Serah lu deh Ag, kalau udah nasib terima aja kali!”
“Nasib ya nasib. Gausah kayak gini kali Vin!”
Alvin menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan sahabatnya itu. apabila ada sesuatu yang berhubungan dengan Rio pasti dia uring-uringan. Tapi kalau udah berhubungan dengan Iel pasti Agni semangat banget.
“Tau deh. Sebodo amat deh gue duduk sama tuh monster. Ladenin aja deh!” kata Agni pasrah. Alvin mengangkat bahu. Tak mau mencampuri masalah sahabatnya. Nanti dia kena imbas-nya kalau Agni marah.
***
Agni dongkol! Kenapa coba dia dapat tugas bareng sama Rio? mending sama Daud aja deh daripada sama monster itu. Lusa adalah Dies Natalis GHS yang ke 45, jadi setiap kelas diharuskan untuk membuka stand bazar yang menjual bermacam-macam barang dan makanan. Dan kelas XI IPA 2—kelas Agni dan Rio—memutuskan untuk membuat stand yang menjual aksesoris perempuan maupun laki-laki. Rio dan Agni kebagian tugas untuk membuat spanduk yang bertuliskan nama stand mereka.
Agni sudah membujuk teman-teman perempuannya untuk bertukar tugas. Tapi tak ada seorang pun yang mau. Jadi mau tak mau Agni harus menerima kenyataan lagi kalau dia harus bernasip sial lagi. Sangat menyebalkan!
“Yo gimana nih?”
Rio menoleh kearah Agni sekilas. Lalu melanjutkan kembali memencet-mencet I-Pod nya. Disalah satu telinganya menjuntai earphone. “Gak tau!” jawabnya singkat, padat, datar, dan jelas.
Agni menghelas nafas berat. Salah satu tangannya mengelus-elus dadanya, seakan menetralisir rasa kesal yang bersarang di dadanya. “Lha terus gimana sama tugas kita?” tanya Agni mencoba sabar.
Rio mengangkat bahu. Agni jadi makin dongkol dibuatnya. Lalu beranjak dari duduknya. Meninggalkan Rio yang masih tak berkutik dari kegiatannya itu.
***
Agni membanting tasnya sembarang. Tas yang semula mendarat selamat di atas ranjang pun akhirnya jatuh juga. Dengan sepatu yang masih melekat di kakinya, Agni langsung membanting tubuhnya di ranjang. Dan syukurlah Agni tidak bernasip malang seperti tasnya barusan.
Dalam hati Agni mengumpat. Kenapa sih ada lelaki seperti Rio? Bikin naik darah aja! Dibaikin? Nyari rebut. Gak dibaikin? Juga nyari rebut. Mau apa sih sebenernya tuh anak? Gak ada abis-abisnya bikin gue naik darah mulu!
***
Semua salahku tak jaga dirimu dalam hatiku sungguh ku tak sanggup. Semua terjadi seperti mimpi. Mimpi burukku kehilanganmu.
(Geisha – Remuk Jantungku)
Pigura yang tampak kusam karena sudah bertahun-tahun tak terjamah membuat secercah kenangan masa lalu berkelebat di pikirannya. Pigura yang menghiasi kertas persegi panjang yang tidak terlalu besar dan terdapat gambar seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Pigura yang menampilkan seseorang yang ada dimasa lalunya yang sudah berkali-kali ia coba untuk melupakkannya namun tak bisa. Pigura yang biasa saja tapi menyimpan berjuta kenangan yang menyakitkan.
Lelaki itu terduduk di lantai tepat di samping ranjangnya. Salah satu tangannya memegang Pigura itu dan salah satu tangannya lagi mengelus-elus foto yang terbiangkai dalam Pigura itu. foto seorang perempuan yang sedang tersenyum lepas, tidak kelihatan seperti di foto. Terkesan seperti alami. Kulitnya yang sawo matang dan wajahnya yang manis sangatlah menarik perhatian. Rambutnya yang sebahu sangatlah cocok menjadi mahkotanya. Senyumannya yang tulus dan membuat orang yang melihatnya akan ikut tersenyum. Tapi, sekarang senyuman itu telah memudar. Lenyap!
Dan semua itu adalah perbuatannya. Lelaki itu tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian beberapa tahun silam. Dan ia pun seperti kehilangan salah satu bagian dari hidupnya. Sehingga membuat hidupnya hampa. Selama ini dia juga tak bisa bernafas dengan wajar. Paru-parunya seakan tak bisa lagi mengedarkan oksigen dan karbondioksida dengan lancar. dan dia merasa dia hanya sendiri. Tak ada seorang pun yang peduli dengannya. Dia merindukan sosok itu. perempuan yang selalu ada di hatinya. Walaupun terpisah dalam dunia yang berbeda. Tapi, itu semua takkan memudarkan perasaan lelaki itu kepada perempuan yang ada dalam foto di pigura itu.
Bersambung….
comment on my FB: Entin Endah Cahyati c:
0 komentar:
Posting Komentar